Sunday, December 4, 2011

Fresh From The Oven

Saya baru saja terbangun pagi ini, sehingga mimpi ini masih benar-benar segar untuk diceritakan kembali. Begini ceritanya, dalam mimpi itu saya sedang bertualang dengan beberapa orang, tapi saya tidak mengenal siapa mereka sama sekali. Ada 3 orang selain saya, dua diantaranya laki-laki dan satu lagi perempuan. Kami semua sedang berada di hutan belantara pada awalnya, lalu kami terus mengeksplorasi daerah tersebut. Hingga tibalah kami pada pinggir sebuah sungai besar yang arusnya sangat deras.


Kami semua bingung, ingin sekali menyebrangi sungai tersebut, tapi takut, lalu kami diam sejenak di pinggir sungai. Salah satu dari kami menganjurkan untuk tetap berjalan menyusuri pinggir sungai agar kami tidak membuang terlalu banyak waktu, lagipula tidak ada gunanya tetap berada disana hanya untuk menatap sungainya. Beberapa saat, kami melihat bagian dari sungai tersebut yang kelihatannya tidak terlalu dalam, segera kami semua turun ke air untuk bermain-main. Lalu, teman saya yang perempuan bilang, kenapa kita tidak coba menyebrang perlahan-lahan dari sisi sungai bagian ini saja? Sisanya, kami saling berpandangan satu sama lain. Akhirnya, kami mencoba ide tersebut. Sayang sekali, di bagian pinggiran sungai ini terdapat banyak endapan lumpur yang membuat kami kesulitan berjalan. Kami pun naik lagi ke atas, dan berjalan tanpa arah hingga malam pun datang. Karena sudah malam, kami memutuskan untuk beristirahat sejenak. Keesokan paginya, kami berjalan kembali dan menemukan sebuah rumah yang dihuni oleh seorang kakek tua. Anehnya, rumah Si Kakek ini sangat unik sekali, rumah ini seperti memiliki anjungan (ditopang dari tangga-tangga yang ditanamkan pada tanah), rumah itu tinggi dan di belakangnya langsung terhubung ke sungai besar. Si Kakek menerima kami dengan ramah di rumahnya, kami menceritakan maksud kami untuk menyebrangi sungai besar tersebut. Si Kakek membuka pintu belakang rumahnya tersebut, alangkah kagetnya kami melihat pilihan rute yang ditawarkan oleh jalur khusus melalui rumah Si Kakek ini. Sungai besar tersebut terlihat lebih kecil untuk diseberangi, namun kedalamannya masih terlihat jelas dan arusnya pun masih sangat deras, sama seperti yang kami lihat di bagian-bagian sungai sebelumnya. Sama seperti sebelumnya, kami hanya saling berpandangan, dan saling menyuruh satu dan lainnya untuk turun duluan. Karena tetap tidak ada yang mau bergerak duluan, saya mengambil inisiatif untuk turun duluan. Tiba-tiba, saya langsung tergelincir di tangga untuk turun ke sungai tersebut, terseret air cukup jauh sebelum akhirnya diselamatkan oleh Si Kakek. Ketika saya sudah berada di atas rumah kembali, dalam keadaan masih tremor saya menyalahkan teman-teman lainnnya, merasa sangat marah karena mereka hanya diam saja ketika melihat saya terjatuh. Rasanya sia-sia semua kenangan perjalanan yang saya jalani selama ini bersama mereka, apa artinya semua perjuangan yang telah saya lalui bersama mereka selama ini? Tidak satu pun yang punya perasaan ketika melihat saya hanyut terbawa arus sungai yang begitu deras, padahal saya sengaja maju lebih dulu agar tahu bagaimana kondisi sungai itu sebenarnya. Tidak satu pun dari mereka yang paling tidak ingin meminta maaf atas perbuatannya pada saya. Saya tidak mau berlarut-larut, tampaknya mereka semua malah tidak jadi ingin menyebrangi sungai tersebut dan ingin meninggalkan saya. Saya bingung, tapi Si Kakek terus saja menawarkan alternatif untuk menyebrangi sungai tersebut. Dia giat sekali membuat peralatan-peralatan tertentu, entah apa lah namanya, bentuknya, dan fungsinya, saya pun tidak mengerti. Tapi, saya dan teman-teman saya terus saja berdebat, dan waktu pun habis. Akhir mimpi ini sangat mengejutkan, air sungai itu mengering total, Si Kakek menghilang, dan teman-teman saya itu pun sirna, yang tinggal hanya saya sendiri di depan pintu belakang rumah Si Kakek. Saya menatap sungai yang benar-benar kering, lalu saya turun ke bawah untuk mengecek, dan memang bahkan setetes air pun tidak tersisa. Sungguh luar biasa aneh, tidak ada lagi petualangan karena terlalu banyak menunda, wahai anak muda sadarlah!!!

Dan korelasi antara mimpi aneh saya tersebut dengan dunia nyata mungkin adalah karena saya terlalu banyak memusingkan urusan persahabatan dengan orang-orang yang bahkan tidak terlalu peduli bahwa sebenarnya saya sangat menyayangi mereka, hal yang membuat saya sedih ketika mereka mengacuhkan saya. Selain itu, bagian penundaan itu mungkin berhubungan dengan hobi, minat, dan bakat saya untuk menunda membuat tugas-tugas. Afterall, yeeeaaah, semoga air sungai kesempatan saya untuk mengejar ketertinggalan di dunia nyata tidak sampai kering ya!!! (versi tafsiran pribadi)


 “What is the definition of procrastination? It means: I can feel within my energy sensor that this action is not in perfect alignment at this time.” – Abraham

No comments:

Post a Comment