Saya baru saja terbangun
pagi ini, sehingga mimpi ini masih benar-benar segar untuk diceritakan
kembali. Begini ceritanya, dalam mimpi itu saya sedang bertualang dengan
beberapa orang, tapi saya tidak mengenal siapa mereka sama sekali. Ada 3
orang selain saya, dua diantaranya laki-laki dan satu lagi perempuan.
Kami semua sedang berada di hutan belantara pada awalnya, lalu kami
terus mengeksplorasi daerah tersebut. Hingga tibalah kami pada pinggir
sebuah sungai besar yang arusnya sangat deras.
Kami semua bingung, ingin
sekali menyebrangi sungai tersebut, tapi takut, lalu kami diam sejenak
di pinggir sungai. Salah satu dari kami menganjurkan untuk tetap
berjalan menyusuri pinggir sungai agar kami tidak membuang terlalu
banyak waktu, lagipula tidak ada gunanya tetap berada disana hanya untuk
menatap sungainya. Beberapa saat, kami melihat bagian dari sungai
tersebut yang kelihatannya tidak terlalu dalam, segera kami semua turun
ke air untuk bermain-main. Lalu, teman saya yang perempuan bilang,
kenapa kita tidak coba menyebrang perlahan-lahan dari sisi sungai bagian
ini saja? Sisanya, kami saling berpandangan satu sama lain. Akhirnya,
kami mencoba ide tersebut. Sayang sekali, di bagian pinggiran sungai ini
terdapat banyak endapan lumpur yang membuat kami kesulitan berjalan.
Kami pun naik lagi ke atas, dan berjalan tanpa arah hingga malam pun
datang. Karena sudah malam, kami memutuskan untuk beristirahat sejenak.
Keesokan paginya, kami berjalan kembali dan menemukan sebuah rumah yang
dihuni oleh seorang kakek tua. Anehnya, rumah Si Kakek ini sangat unik
sekali, rumah ini seperti memiliki anjungan (ditopang dari tangga-tangga
yang ditanamkan pada tanah), rumah itu tinggi dan di belakangnya
langsung terhubung ke sungai besar. Si Kakek menerima kami dengan ramah
di rumahnya, kami menceritakan maksud kami untuk menyebrangi sungai
besar tersebut. Si Kakek membuka pintu belakang rumahnya tersebut,
alangkah kagetnya kami melihat pilihan rute yang ditawarkan oleh jalur
khusus melalui rumah Si Kakek ini. Sungai besar tersebut terlihat lebih
kecil untuk diseberangi, namun kedalamannya masih terlihat jelas dan
arusnya pun masih sangat deras, sama seperti yang kami lihat di
bagian-bagian sungai sebelumnya. Sama seperti sebelumnya, kami hanya
saling berpandangan, dan saling menyuruh satu dan lainnya untuk turun
duluan. Karena tetap tidak ada yang mau bergerak duluan, saya mengambil
inisiatif untuk turun duluan. Tiba-tiba, saya langsung tergelincir di
tangga untuk turun ke sungai tersebut, terseret air cukup jauh sebelum
akhirnya diselamatkan oleh Si Kakek. Ketika saya sudah berada di atas
rumah kembali, dalam keadaan masih tremor saya menyalahkan teman-teman
lainnnya, merasa sangat marah karena mereka hanya diam saja ketika
melihat saya terjatuh. Rasanya sia-sia semua kenangan perjalanan yang
saya jalani selama ini bersama mereka, apa artinya semua perjuangan yang
telah saya lalui bersama mereka selama ini? Tidak satu pun yang punya
perasaan ketika melihat saya hanyut terbawa arus sungai yang begitu
deras, padahal saya sengaja maju lebih dulu agar tahu bagaimana kondisi
sungai itu sebenarnya. Tidak satu pun dari mereka yang paling tidak
ingin meminta maaf atas perbuatannya pada saya. Saya tidak mau
berlarut-larut, tampaknya mereka semua malah tidak jadi ingin
menyebrangi sungai tersebut dan ingin meninggalkan saya. Saya bingung,
tapi Si Kakek terus saja menawarkan alternatif untuk menyebrangi sungai
tersebut. Dia giat sekali membuat peralatan-peralatan tertentu, entah
apa lah namanya, bentuknya, dan fungsinya, saya pun tidak mengerti.
Tapi, saya dan teman-teman saya terus saja berdebat, dan waktu pun
habis. Akhir mimpi ini sangat mengejutkan, air sungai itu mengering
total, Si Kakek menghilang, dan teman-teman saya itu pun sirna, yang
tinggal hanya saya sendiri di depan pintu belakang rumah Si Kakek. Saya
menatap sungai yang benar-benar kering, lalu saya turun ke bawah untuk
mengecek, dan memang bahkan setetes air pun tidak tersisa. Sungguh luar
biasa aneh, tidak ada lagi petualangan karena terlalu banyak menunda,
wahai anak muda sadarlah!!!
Dan korelasi antara mimpi aneh
saya tersebut dengan dunia nyata mungkin adalah karena saya terlalu
banyak memusingkan urusan persahabatan dengan orang-orang yang bahkan
tidak terlalu peduli bahwa sebenarnya saya sangat menyayangi mereka, hal
yang membuat saya sedih ketika mereka mengacuhkan saya. Selain itu,
bagian penundaan itu mungkin berhubungan dengan hobi, minat, dan bakat
saya untuk menunda membuat tugas-tugas. Afterall, yeeeaaah, semoga air
sungai kesempatan saya untuk mengejar ketertinggalan di dunia nyata
tidak sampai kering ya!!! (versi tafsiran pribadi)
“What
is the definition of procrastination? It means: I can feel within my
energy sensor that this action is not in perfect alignment at this
time.” – Abraham


No comments:
Post a Comment